RSS

Sabtu, 07 Januari 2012

Not Gonna Get us



Not gonna get us
They’re not gonna get us
Not gonna get us
Not gonna get us

Starting from here, let’s make a promise
You and me, let’s just be honest
We’re gonna run, nothing can stop us
Even the night that falls all around us

Soon there will be laughter and voices
Beyond the clouds, over the mountains
We’ll run away on roads that are empty
Lights from the airfield shining upon you

Nothing can stop this, not now I love you
They’re not gonna get us,
they’re not gonna get us
Nothing can stop this, not now I love you
They’re not gonna get us,
they’re not gonna get us
They’re not gonna get us

Not gonna get us
Not gonna get us

We’ll run away, keep everything simple
Night will come down, our guardian angel
We rush ahead, the crossroads are empty
Our spirits rise, they’re not gonna get us

My love for you, always forever
Just you and me, all else is nothing
Not going back, not going back there
They don’t understand,
they don’t understand us

Not gonna get us
Not gonna get us

Nothing can stop this, not now I love you
They’re not gonna get us,
they’re not gonna get us
Nothing can stop this, not now I love you
They’re not gonna get us,
they’re not gonna get us
They’re not gonna get us
They’re not gonna get us

*Lagu yang baru di pesan kakakku

Senin, 16 Mei 2011

Waisak: Meneladani Buddha Melalui Tiga Peristiwa

Seluruh umat Buddha di dunia memperingati hari Tri Suci Waisak, dimana tahun ini kita di Indonesia memperingatinya pada 17 Mei 2011. Banyak dari kita sebagai umat Buddha hanya sekedar memperingati hari Waisak saja, tanpa mencoba memahami makna sebenarnya dari peringatan hari Tri Suci Waisak, demikian juga halnya dengan saya.

Kita semua tahu, Waisak memperingati tiga peristiwa penting:
Kelahiran Pangeran Siddharta,
Pencapaian Pencerahan Sempurna (Menjadi Buddha),
serta Buddha Parinibbana (Wafat).

Kelahiran


Peristiwa pertama yang kita peringati adalah kelahiran Pangeran Siddharta, seorang calon Buddha. Merupakan suatu peristiwa yang luar biasa bahwa telah lahir seorang calon Buddha di dunia ini, dan tentunya hal ini patut kita kenang. Tetapi lebih dari sekedar mengenang kelahiran dari Pangeran Siddharta, bahwa makna yang sesungguhnya adalah lebih kepada proses kelahiran itu sendiri. Kita semua ada dan hidup di bumi ini karena kita dilahirkan, dan kita tahu bahwa selama masih ada kelahiran, berarti kita masih terjebak dalam samsara. Seharusnya kita berusaha untuk tidak terlahir kembali, seperti yang telah ditunjukkan oleh Buddha sendiri. Tetapi disamping itu, kita juga patut mensyukuri kelahiran kita sebagai manusia, yang sulit terjadi. Dengan kelahiran sebagai manusia berarti kita berkesempatan untuk mencapai pembebasan sejati, dan untuk itu kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang ada ini.

Pencapaian Pencerahan Sempurna


Peristiwa kedua yang kita peringati adalah bagaimana Pangeran Siddharta menjadi Buddha. Pangeran Siddharta merasakan ketidakpuasan dalam hidup ini, mengapa orang bisa menderita sakit, mengapa orang bisa menjadi tua, mengapa orang akan berakhir dengan kematian, sampai beliau menyadari bahwa semua manusia memang akan mengalami yang namanya kelahiran, menjadi tua, menderita sakit dan akhirnya akan mati.

Saat melihat seorang petapa, beliau jadi bertekad untuk menemukan jalan pembebasan dari penderitaan itu. Bukanlah sesuatu yang mudah untuk bisa memperoleh hal tersebut, bahkan cara yang ekstrim sekalipun pernah dijalani oleh Pangeran Siddharta. Apa yang telah dilalui oleh Pangeran Siddharta dalam mencapai pencerahan sempurna dan menjadi Buddha adalah sebuah proses. Mulai dari berguru pada satu guru ke guru yang lain, dan mengalami banyak rintangan, sampai akhirnya semua berhasil dilalui dan menjadi Buddha (yang ‘Sadar’). Ini adalah suatu peristiwa yang sangat penting bagi kita manusia, karena dengan ‘kesadaran’ yang diperoleh-Nya, kita semua dapat mengetahui jalan untuk membebaskan diri dari samsara.

Makna dari pencapaian pencerahan sempurna ini adalah pada ‘tindakan’ yang telah diambil oleh Pangeran Siddharta, dan pada proses dalam usaha pencapaian itu sendiri. Pangeran Siddharta dilimpahi dengan segala kemewahan sebagai seorang putra raja, namun beliau dengan tekad yang kuat untuk membebaskan manusia dari penderitaan duniawi dan menemukan kebahagiaan sejati, telah mengambil ‘langkah besar’ dengan meninggalkan semua yang beliau miliki.

Begitu pula dalam kehidupan kita saat ini, sebenarnya kita sangat beruntung karena Buddha sudah menunjukkan jalan, tidak harus kita cari sendiri. Masalahnya, apakah kita akan ‘bertindak’ dan mengambil ‘langkah’ untuk berjalan di jalan yang sudah ditunjukkan-Nya? Kebanyakan kita sudah mengetahui jalan yang ditunjukkan oleh Buddha, tetapi sudahkah kita menjalaninya? Dan seperti halnya Buddha, butuh proses yang panjang, halangan dan rintangan dalam mencapainya, begitu juga yang akan kita alami. Meskipun sulit, Pangeran Siddharta tetap tidak menyerah sehingga dapat berhasil, lalu bagaimana dengan kita? Mampukah kita bertahan dan berjuang terus untuk mencapainya, dengan segala kesulitan yang ada?

Parinibbana (Wafat)

Peristiwa terakhir yang kita peringati di hari Waisak adalah peristiwa wafat (parinibbana) Buddha. Mengapa Buddha harus wafat? Karena memang seharusnya seperti itu, karena setiap manusia akan mengalami kematian. Jika Buddha tidak wafat, justru akan mematahkan apa yang sudah diajarkan oleh-Nya sendiri, bahwa segala yang terkondisi adalah tidak kekal (anicca).

Peristiwa ini memiliki makna yang tak kalah pentingnya dibandingkan kedua peristiwa lainnya. Kematian adalah hal yang pasti, itu yang harus kita sadari. Selama ada kelahiran, kematian sudah menanti. Moment Parinibbana Buddha harusnya menyadarkan kita bahwa hidup ini anicca, bahkan seorang Buddha sekalipun tidak dapat lari dari kenyataan ini. Dengan demikian, memaknai peristiwa ini, hendaknya kita menyadari bahwa kematian bisa kapan saja menghampiri kita, dan itu adalah pasti. Sekarang bagaimana kita bisa siap menghadapinya dengan bekal ‘jalan’ yang sudah ditunjukkan oleh Buddha. Berbuat baiklah disetiap kesempatan yang ada, jangan sia - siakan waktu kita yang begitu berharga dengan hal - hal yang tidak bermanfaat, apalagi merugikan diri sendiri dan orang lain.

Waisak yang sesungguhnya adalah menyadari bahwa banyak makhluk lainnya masih belum terbebas dari siklus kelahiran dan kematian, sementara jalan pembebasan sudah ditemukan. Beruntung untuk terlahir sebagai manusia dan dapat mengenal Dhamma ajaran Buddha, tetapi sudahkah saya mengambil ‘tindakan’ dan melangkah di jalan yang akan membebaskan saya dari siklus itu?

Setiap detik adalah peringatan Waisak, karena setiap detik pula saya seharusnya menyadari atas kelahiran, kematian dan jalan pembebasan yang harus saya tempuh.

Selamat Hari Waisak,
Semoga Tri Suci Waisak mengingatkan kita semua untuk senantiasa meneladani Buddha melalui tiga peristiwa, sehingga bisa mencapai kebahagiaan sejati.